"paradigma sehat"
Penyebab
dan Pencegahan Demam Berdarah
Ika
Puspita*
10-2011-036
Mahasiswa
Fakultas Kedokteran UKRIDA
*Alamat
Korespendensi:
Fakultas
Kedokteran UKRIDA
Jl.
Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510, e-mail: ika.puspita20@gmail.com
Pendahuluan :
Demam
berdarah adalah penyakit yang merupakan infeksi yang dapat berakibat fatal
dalam waktu yang relatif singkat. Karena penyakit ini tergolong penyakit yang
sulit “dibedakan” dari penyakit demam yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh virus
dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti betina. Demam berdarah tidak menular melalui kontak manusia secara
langsung, tetapi ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus dengue pada telurnya,
selanjutnya akan menularkan virus tersebut ke manusia melalui gigitan. Sekali
menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit orang lain, sehingga dengan mudah
virus dengue dapat dipindahkan ke orang lain. Penyakit DBD sendiri
sudah menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian daerah
di Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa
daerah yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Namun sekarang ini,
diketahui bahwa, di musim panas pun masih dapat terjadi karena terutama di
daerah yang sulit air, memiliki kebiasaan menampung air untuk kegiatan
sehari-hari yang kemudian menjadikan demam berdarah dapat terjangkit terus
sepanjang tahun. Sehingga melihat keadaan seperti itu, dibutuhkan pengetahuan
yang lebih mengenai DBD dan cara pencegahannya.1
Pembahasan :
1.
Faktor
penyebab timbul penyakit
Sebagaimana pada model segitiga
epidemiologi penyebaran penyakit infeksi yang dibuat oleh John Gordon, penularan demam berdarah ini juga dipengaruhi oleh
interaksi tiga faktor, yaitu sebagai berikut.2
Pejamu (Host)
Pejamu
(host) artinya adalah kelompok yang
dapat terserang penyakit ini. Dalam kasus penyakit yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk ini, tentu ada beberapa hal yang mempengaruhi pejamu (host) ini mudah terserang penyakit DBD
ini, diantaranya.
a. Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku
- Pengetahuan
Penyakit DBD ini
sendiri dapat berakibat fatal akibat dari gejala dan tanda-tandanya yang sulit
“dibedakan” dengan penyakit demam pada umumnya.1 sedangkan program
yang dicanangkan oleh pemerintah biasanya adalah hanya mengenai peran
masyarakat dalam pencegahan-pencegahannya.
Pengetahuan yang kurang
menyebabkan tindak lanjut yang terkadang salah dan lambat. Masyarakat perlu
diberikan penyuluhan khusus mengenai sosok penyakit DBD itu sendiri lebih dini.
Ada kriteria klinis yang perlu diketahui oleh masyarakat terlebih di daerah
endemik. Sehingga diharapakan masyarakat dapat menindak lanjuti kasus DBD ini
lebih dini dan prevalensi penderita dapat ditekan.3
- Sikap
dan Perilaku
Perilaku manusia yang
menyebabkan terjangkitnya dan menyebarnya DBD khususnya diantaranya adalah
mobilitas dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Mobilitas,
saat ini dengan semakin tingginya kegiatan manusia membuat masyarakat untuk
melakukan mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. Dan hal ini yang
mempercepat penularan DBD.
Kebiasaan,
kebiasaan yang dimaksud adalah sebagaimana masyarakat di Indonesia cenderung
memiliki kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti menampung
air hujan, menampung air di bak mandi dan keperluan lainnya, yang menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti. Kebiasaan lainnya adalah mengumpulkan barang-barang bekas dan
kurang melaksanakan kebersian dan 3M PLUS.4
b. Imunitas
dan Gizi
Secara umum diterima
bahwa gizi merupakan salah satu determinan penting respons imunitas. Penelitian
epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa kekurangan gizi menghambat respons
imunitas dan meningkatkan resiko penyakit infeksi.5 Dan perlu
diketahui bahwa, tubuh memiliki imunitas terhadap suatu penyakit termasuk
penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti ini. Dengan membangun
pertahanan tubuh yang kuat maka akan semakin mudah tubuh melawan penyakit yang
menyerangnya. Oleh karena itu menjaga vitalitas tubuh adalah cara terbaik agar
kondisi DBD tidak semakin parah. Dengan memberikan asupan gizi yang cukup dan
beristirahat yang baik maka kemampuan untuk melawan virus dengue akan semakin
meningkat.Dan sebaliknya asupan gizi yang rendah akan cenderung menghasilkan
respons imunitas yang rendah.6
Pembawa Penyakit (Agent)
Agent
adalah sesuatu yang bila ada atau tidak ada akan menimbulkan penyakit. Agent
yang menyebabkan demam berdarah dengue tentunya adalah nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk betina yang
dapat menggigit dan menularkan virus dengue. Nyamuk ini umumnya menggigit di
siang hari (09.00-10.00) dan sore hari (16.00-17.00). Nyamuk ini membutuhkan
darah karena darah merupakan sarana untuk mematangkan telurnya.1,5 Virus Dengue
yang ditularkan oleh nyamuk ini sendiri bersifat labil terhadap panas
(termolabil) ada 4 tipe virus yang menyebabkan DBD, yaitu : DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Masing-masing virus dapat dibedakan melalui isolasi virus di
laboratorium. Infeksi oleh salah satu tipe virus dengue akan memberikan
imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan
datang. Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial pada infeksi
tipe virus lainnya. Bahkan beberapa penelitian mengatakan jika seseorang pernah
terinfeksi oleh salah satu virus, kemudian terinfeksi lagi oleh tipe virus
lainnya, gejala klinis yang timbul akan jauh lebih berat dan seringkali fatal.
Kondisi ini yang menyulitkan pembuatan vaksin terhadap DBD.2
Lingkungan (Environment)
Lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan yang memudahkan terjadinya kontak dengan agent. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, nyamuk ini memang sedikit berbeda. Nyamuk ini hidup di lingkungan
perumahan, dan menyukai tempat yang cenderung teduh, lembab, dan gelap.
Sehingga dapat ditemukan di gantungan-gantungan baju, lipatan-lipatan gorden,
dll. Nyamuk ini juga bertelur di genangan air yang justru bersih dan jernih yang
terdapat dalam wadah-wadah bukan yang bersentuhan dengan tanah, seperti bak
mandi, tempayan air, vas/pot bunga, dll. Sehingga lingkungan yang bersih
tidaklah cukup untuk kasus DBD ini, diperlukan kemauan untuk menjaga agar tidak
terdapat jentik-jentik nyamuk.1,2,5
Pada
saat musim hujan adalah musim paling banyak terjadinya KLB demam berdarah ini,
dikarenakan tentu saja saat musim penghujan, banyak air hujan yang tertampung
di dalam wadah-wadah yang kemudian menjadi wadah juga bagi nyamuk untuk
bertelur. Ditambah lagi, rata-rata nyamuk ini dapat mengeluarkan hingga 100
butir telur, dan untuk mencapai dewasa hanya dibutuhkan waktu 8hari. Nyamuk ini
juga tahan terhadap cuaca kekeringan hingga 1 bulan, sehingga ketidakwaspadaan
dan ketidaktahuan ini yang dapat menyebabkan semakin merajalelanya DBD.2
2.
KLB
Berdasarkan
undang-undang wabah (1969), Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu
kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk
dalam kurun waktu tertentu. Suatu kejadian dapat ditetapkan sebagai KLB apabila
ada unsur.
-
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
-
Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama kurun 3 kurun
waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari,minggu)
-
Peningkatan
kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya
-
Jumlah
penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam
tahun sebelumnya
KLB berbeda dengan
wabah, wabah (UU wabah 1969) adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian
yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit,
dan dapat menimbulkan malapetaka. Perbedaan KLB dengan wabah adalah wabah harus
mencakup : jumlah yang besar, daerah yang luas, waktu yang lebih lama, dampak
yang ditimbulkan lebih berat.7
3.
Pencegahan
Kegagalan dalam mengalahkan DBD bukan disebabkan oleh soal kelangkaan
dana, jeleknya sistem pemberantasan, atau lemahnya layanan kesehatan, melainkan
lebih karena masyarakatnya sendiri belum diberdayakan, dan belum tergugah
berpartisipasi bersama-sama melawan DBD. Hanya mengobati kasus yang sudah
terlanjur DBD berarti pemborosan selain berdampak sosial-ekonomi yang tidak
kecil bagi masyarakat dan negara, karena sejatinya masih ada cara untuk
menggagalkan DBD yang sebenarnya tidak perlu terjadi.3 Usaha-usaha
pencegahan dan tindakan efektif terhadap penyebaran penyakit menular dapat
dilakukan antara lain.8
1. Memutuskan
rantai penularan
Pemutusan rantai
penularan atau cara penularan arthropod-borne disease dapat dilakukan dengan
mempelajari cara penularan penyakit yang ada. Usaha yang dapat dilakukan
kontrol vektor dan memanipulasi lingkungan.
2. Kontrol
terhadap Reservoir (Aedes aegypti)
Ada beberapa prinsip
dalam mengendalikan Arthropoda reservoir antara lain :
·
Kontrol lingkungan
Dengan melakukan
gerakan 3M, yaitu mengubur, menguras, dan menutup. Selain itu dengan memberikan bubuk Abate di
tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Dengan melakukan hal
diatas dapat mengendalikan populasi nyamuk Aedes
aegypti.Dan cara ini merupakan cara terbaik karena hasilnya bersifat
permanen.
·
Kontrol Kimia
Cara ini lebih kepada
menggunakan insektsida dan melakukan fogging. Tindakan ini biasanya lebih
cepat, namun tindakan ini sering menimbulkan resistensi dan menimbulkan
kontiminasi terhadap lingkungan.
·
Kontrol Biologi
Tindakan ini ditujukan
untuk mengurangi polusi lingkungan akibat pemakaian bahan kimia. Cara ini
menggunakan hewan atau tumbuhan untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk.
Seperti pemeliharaan ikan pemakan jentik atau menggunakan bakteri Bt H-14.
3. Proteksi
terhadap kelompok penduduk yang rentan
Pencegahan yang dapat
dilakukan oleh masyarakat untuk meminimalisasi kemungkinan terinfeksi virus
dengue diantaranya adalah.
·
Peningkatan status gizi, peningkatan
imunitas
Gizi merupakan salah
satu determinan penting respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis
menunjukkan bahwa kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan meningkatkan
resiko penyakit infeksi. Dan penyakit DBD ini tidak serta merta
terinfeksi begitu saja, akan dilakukan perlindungan secara otomatis oleh
antibodi dalam tubuh kita. Sehingga sangat perlu meningkatkan gizi agar
memiliki sistem imunitas yang optimal dan menurunkan resiko penyakit infeksi
menular.
·
Pendidikan kesehatan
Masyarakat perlu
diberikan penyuluhan khusus mengenai sosok penyakit DBD itu sendiri lebih dini.
Ada kriteria klinis yang perlu diketahui oleh masyarakat terlebih di daerah
endemik. Sehingga diharapakan masyarakat dapat menindak lanjuti kasus DBD ini
lebih dini dan prevalensi penderita dapat ditekan. Penyuluhan mengenai cara
pencegahan DBD juga diperlukan sehingga masyarakat dapat meminimalkan resiko
terjangkitnya DBD itu sendiri.
·
Partisipasi dalam menjaga kebersihan
lingkungan
Penyuluhan atau pendidikan
kesehatan dan upaya-upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah akan menjadi
sia-sia apabila tidak ada respons positif dari masyarakat untuk ikut turut
serta dalam upaya pencegahan terutama menjaga kebersihan lingkungan. Karena
kesehatan bukan hanya masalah pemerintah melainkan masalah dari semua pihak.
Penutup :
Demam
berdarah adalah penyakit yang dapat menyebarluas dengan cepat karena
penyebarannya lewat serangga. Sebagaimana terdapat dalam segitiga epidemiologi,
faktor penyebab penyakit adalah host, agent, dan environment. Di Indonesia
setiap tahun terdapat daerah yang terjadi KLB demam berdarah. Untuk menangani
KLB ini dapat dilakukan dengan melakukan upaya promotif dan preventif salah
satunya dengan melakukan prinsip pencegahan penyakit infeksi menular, daripada
hanya menekankan pada upaya kuratif yang cenderung lebih kepada pemborosan dan
tidak memutus rantai penularan.
Daftar Pustaka
1. Hastuti
O. Demam berdarah dengue. Yogyakarta: Kanisius;2008.
2. Ginanjar
G. Survival guide:apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah.
Yogyakarta: B-first;2008.
3. Handrawan
N. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara;2007.
4. Kementrian
Kesehatan RI. Informasi umum demam berdarah dengue. Diunduh dari www.pppl.depkes.go.id
pada tanggal 23 November 2011.
5. Sagian
A. Gizi, imunitas, dan penyakit infeksi. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/ pada tanggal 23 November 2011.
6. Safari H, Meliasari M. Demam berdarah:perawatan rumah dan rumah sakit +
menu. Jakarta: Puspa Swara;2004.
8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas. Jakarta: EGC;2009.
No comments:
Post a Comment