October 07, 2012

PBL Blok 2 Modul 2

"paradigma sehat"
Penyebab dan Pencegahan Demam Berdarah
Ika Puspita*
10-2011-036
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

*Alamat Korespendensi:
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510, e-mail: ika.puspita20@gmail.com

Pendahuluan :
Demam berdarah adalah penyakit yang merupakan infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat. Karena penyakit ini tergolong penyakit yang sulit “dibedakan” dari penyakit demam yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Demam berdarah tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya akan menularkan virus tersebut ke manusia melalui gigitan. Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit orang lain, sehingga dengan mudah virus dengue dapat dipindahkan ke orang lain. Penyakit DBD sendiri sudah menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian daerah di Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Namun sekarang ini, diketahui bahwa, di musim panas pun masih dapat terjadi karena terutama di daerah yang sulit air, memiliki kebiasaan menampung air untuk kegiatan sehari-hari yang kemudian menjadikan demam berdarah dapat terjangkit terus sepanjang tahun. Sehingga melihat keadaan seperti itu, dibutuhkan pengetahuan yang lebih mengenai DBD dan cara pencegahannya.1



Pembahasan :
1.      Faktor penyebab timbul penyakit
Sebagaimana pada model segitiga epidemiologi penyebaran penyakit infeksi yang dibuat oleh John Gordon, penularan demam berdarah ini juga dipengaruhi oleh interaksi tiga faktor, yaitu sebagai berikut.2
Pejamu (Host)
Pejamu (host) artinya adalah kelompok yang dapat terserang penyakit ini. Dalam kasus penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini, tentu ada beberapa hal yang mempengaruhi pejamu (host) ini mudah terserang penyakit DBD ini, diantaranya.
a.       Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
-       Pengetahuan
Penyakit DBD ini sendiri dapat berakibat fatal akibat dari gejala dan tanda-tandanya yang sulit “dibedakan” dengan penyakit demam pada umumnya.1 sedangkan program yang dicanangkan oleh pemerintah biasanya adalah hanya mengenai peran masyarakat dalam pencegahan-pencegahannya.
Pengetahuan yang kurang menyebabkan tindak lanjut yang terkadang salah dan lambat. Masyarakat perlu diberikan penyuluhan khusus mengenai sosok penyakit DBD itu sendiri lebih dini. Ada kriteria klinis yang perlu diketahui oleh masyarakat terlebih di daerah endemik. Sehingga diharapakan masyarakat dapat menindak lanjuti kasus DBD ini lebih dini dan prevalensi penderita dapat ditekan.3
-       Sikap dan Perilaku
Perilaku manusia yang menyebabkan terjangkitnya dan menyebarnya DBD khususnya diantaranya adalah mobilitas dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Mobilitas, saat ini dengan semakin tingginya kegiatan manusia membuat masyarakat untuk melakukan mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. Dan hal ini yang mempercepat penularan DBD.
Kebiasaan, kebiasaan yang dimaksud adalah sebagaimana masyarakat di Indonesia cenderung memiliki kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti menampung air hujan, menampung air di bak mandi dan keperluan lainnya, yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Kebiasaan lainnya adalah mengumpulkan barang-barang bekas dan kurang melaksanakan kebersian dan 3M PLUS.4
b.      Imunitas dan Gizi
Secara umum diterima bahwa gizi merupakan salah satu determinan penting respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan meningkatkan resiko penyakit infeksi.5 Dan perlu diketahui bahwa, tubuh memiliki imunitas terhadap suatu penyakit termasuk penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti ini. Dengan membangun pertahanan tubuh yang kuat maka akan semakin mudah tubuh melawan penyakit yang menyerangnya. Oleh karena itu menjaga vitalitas tubuh adalah cara terbaik agar kondisi DBD tidak semakin parah. Dengan memberikan asupan gizi yang cukup dan beristirahat yang baik maka kemampuan untuk melawan virus dengue akan semakin meningkat.Dan sebaliknya asupan gizi yang rendah akan cenderung menghasilkan respons imunitas yang rendah.6

Pembawa Penyakit (Agent)
Agent adalah sesuatu yang bila ada atau tidak ada akan menimbulkan penyakit. Agent yang menyebabkan demam berdarah dengue tentunya adalah nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk betina yang dapat menggigit dan menularkan virus dengue. Nyamuk ini umumnya menggigit di siang hari (09.00-10.00) dan sore hari (16.00-17.00). Nyamuk ini membutuhkan darah karena darah merupakan sarana untuk mematangkan telurnya.1,5 Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk ini sendiri bersifat labil terhadap panas (termolabil) ada 4 tipe virus yang menyebabkan DBD, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-masing virus dapat dibedakan melalui isolasi virus di laboratorium. Infeksi oleh salah satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial pada infeksi tipe virus lainnya. Bahkan beberapa penelitian mengatakan jika seseorang pernah terinfeksi oleh salah satu virus, kemudian terinfeksi lagi oleh tipe virus lainnya, gejala klinis yang timbul akan jauh lebih berat dan seringkali fatal. Kondisi ini yang menyulitkan pembuatan vaksin terhadap DBD.2

Lingkungan (Environment)
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang memudahkan terjadinya kontak dengan agent. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, nyamuk ini memang sedikit berbeda. Nyamuk ini hidup di lingkungan perumahan, dan menyukai tempat yang cenderung teduh, lembab, dan gelap. Sehingga dapat ditemukan di gantungan-gantungan baju, lipatan-lipatan gorden, dll. Nyamuk ini juga bertelur di genangan air yang justru bersih dan jernih yang terdapat dalam wadah-wadah bukan yang bersentuhan dengan tanah, seperti bak mandi, tempayan air, vas/pot bunga, dll. Sehingga lingkungan yang bersih tidaklah cukup untuk kasus DBD ini, diperlukan kemauan untuk menjaga agar tidak terdapat jentik-jentik nyamuk.1,2,5
Pada saat musim hujan adalah musim paling banyak terjadinya KLB demam berdarah ini, dikarenakan tentu saja saat musim penghujan, banyak air hujan yang tertampung di dalam wadah-wadah yang kemudian menjadi wadah juga bagi nyamuk untuk bertelur. Ditambah lagi, rata-rata nyamuk ini dapat mengeluarkan hingga 100 butir telur, dan untuk mencapai dewasa hanya dibutuhkan waktu 8hari. Nyamuk ini juga tahan terhadap cuaca kekeringan hingga 1 bulan, sehingga ketidakwaspadaan dan ketidaktahuan ini yang dapat menyebabkan semakin merajalelanya DBD.2

2.      KLB
Berdasarkan undang-undang wabah (1969), Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Suatu kejadian dapat ditetapkan sebagai KLB apabila ada unsur.
-          Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
-          Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama kurun 3 kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari,minggu)
-          Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
-          Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya
KLB berbeda dengan wabah, wabah (UU wabah 1969) adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka. Perbedaan KLB dengan wabah adalah wabah harus mencakup : jumlah yang besar, daerah yang luas, waktu yang lebih lama, dampak yang ditimbulkan lebih berat.7

3.      Pencegahan
Kegagalan dalam  mengalahkan DBD bukan disebabkan oleh soal kelangkaan dana, jeleknya sistem pemberantasan, atau lemahnya layanan kesehatan, melainkan lebih karena masyarakatnya sendiri belum diberdayakan, dan belum tergugah berpartisipasi bersama-sama melawan DBD. Hanya mengobati kasus yang sudah terlanjur DBD berarti pemborosan selain berdampak sosial-ekonomi yang tidak kecil bagi masyarakat dan negara, karena sejatinya masih ada cara untuk menggagalkan DBD yang sebenarnya tidak perlu terjadi.3 Usaha-usaha pencegahan dan tindakan efektif terhadap penyebaran penyakit menular dapat dilakukan antara lain.8
1.      Memutuskan rantai penularan
Pemutusan rantai penularan atau cara penularan arthropod-borne disease dapat dilakukan dengan mempelajari cara penularan penyakit yang ada. Usaha yang dapat dilakukan kontrol vektor dan memanipulasi lingkungan.
2.      Kontrol terhadap Reservoir (Aedes aegypti)
Ada beberapa prinsip dalam mengendalikan Arthropoda reservoir antara lain :
·         Kontrol lingkungan
Dengan melakukan gerakan 3M, yaitu mengubur, menguras, dan menutup. Selain  itu dengan memberikan bubuk Abate di tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Dengan melakukan hal diatas dapat mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti.Dan cara ini merupakan cara terbaik karena hasilnya bersifat permanen.
·         Kontrol Kimia
Cara ini lebih kepada menggunakan insektsida dan melakukan fogging. Tindakan ini biasanya lebih cepat, namun tindakan ini sering menimbulkan resistensi dan menimbulkan kontiminasi terhadap lingkungan.
·         Kontrol Biologi
Tindakan ini ditujukan untuk mengurangi polusi lingkungan akibat pemakaian bahan kimia. Cara ini menggunakan hewan atau tumbuhan untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk. Seperti pemeliharaan ikan pemakan jentik atau menggunakan bakteri Bt H-14.
3.      Proteksi terhadap kelompok penduduk yang rentan
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk meminimalisasi kemungkinan terinfeksi virus dengue diantaranya adalah.
·         Peningkatan status gizi, peningkatan imunitas
Gizi merupakan salah satu determinan penting respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan meningkatkan resiko penyakit infeksi. Dan penyakit DBD ini tidak serta merta terinfeksi begitu saja, akan dilakukan perlindungan secara otomatis oleh antibodi dalam tubuh kita. Sehingga sangat perlu meningkatkan gizi agar memiliki sistem imunitas yang optimal dan menurunkan resiko penyakit infeksi menular.
·         Pendidikan kesehatan
Masyarakat perlu diberikan penyuluhan khusus mengenai sosok penyakit DBD itu sendiri lebih dini. Ada kriteria klinis yang perlu diketahui oleh masyarakat terlebih di daerah endemik. Sehingga diharapakan masyarakat dapat menindak lanjuti kasus DBD ini lebih dini dan prevalensi penderita dapat ditekan. Penyuluhan mengenai cara pencegahan DBD juga diperlukan sehingga masyarakat dapat meminimalkan resiko terjangkitnya DBD itu sendiri.
·         Partisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan upaya-upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah akan menjadi sia-sia apabila tidak ada respons positif dari masyarakat untuk ikut turut serta dalam upaya pencegahan terutama menjaga kebersihan lingkungan. Karena kesehatan bukan hanya masalah pemerintah melainkan masalah dari semua pihak.
Penutup :
Demam berdarah adalah penyakit yang dapat menyebarluas dengan cepat karena penyebarannya lewat serangga. Sebagaimana terdapat dalam segitiga epidemiologi, faktor penyebab penyakit adalah host, agent, dan environment. Di Indonesia setiap tahun terdapat daerah yang terjadi KLB demam berdarah. Untuk menangani KLB ini dapat dilakukan dengan melakukan upaya promotif dan preventif salah satunya dengan melakukan prinsip pencegahan penyakit infeksi menular, daripada hanya menekankan pada upaya kuratif yang cenderung lebih kepada pemborosan dan tidak memutus rantai penularan.
Daftar Pustaka
1.      Hastuti O. Demam berdarah dengue. Yogyakarta: Kanisius;2008.
2.      Ginanjar G. Survival guide:apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah. Yogyakarta: B-first;2008.
3.      Handrawan N. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara;2007.
4.      Kementrian Kesehatan RI. Informasi umum demam berdarah dengue. Diunduh dari www.pppl.depkes.go.id pada tanggal 23 November 2011.
5.      Sagian A. Gizi, imunitas, dan penyakit infeksi. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/ pada tanggal 23 November 2011.
6.      Safari H, Meliasari M. Demam berdarah:perawatan rumah dan rumah sakit + menu. Jakarta: Puspa Swara;2004.
7.      Wibowo TA. Investigasi wabah. Diunduh dari www.kmpk.ugm.ac.id pada tanggal 23 November 2011.
8.      Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas. Jakarta: EGC;2009.

No comments:

Post a Comment