May 01, 2011

cinta pertamaku yang tragis

“Biarkan jantungku terus berdetak bersama sang waktu. Biarkan ragaku ini bergerak bersama senandung rindu. Yang pasti kaki ini akan terus melangkah meski kamu telah tiada. Semua kenangan dan cinta ini masih tersimpan indah disudut hatiku. Aku selalu merindukanmu agar semua tahu kematian tak mengakhiri cinta kita berdua yang abadi.”



######

Aku terbangun dari lelapku. Hanya ditemani angin malam yang menusuk tulang sum-sumku dan sinar rembulan yang masih setia untuk menyinari malam dan menemani bintang yang terhampar di permaidani langit malam. Semakin aku mencoba melupakanmu namun semakin nyata bayang-bayangmu menari-nari diujung bola mataku. Senyum itu, masih seperti yang dulu. Tawa itu masih mampu membuatku tersenyum. Wajah itu masih mampu menggetarkan hatiku. Dan itu semuanya adalah milikmu. Goresan cinta di hati masih terukir indah sama seperti dulu. Cinta ini yang selalu menghadirkan bayangmu. Menghadirkan sejuta kenangan sewaktu kita bersama. Namun mengapa semuanya berlalu dengan cepat.

Aku melewatkan hari-hariku dengan rasa kehilangan dan kesepian yang panjang. Tak ada lagi yang akan memotong kuku ini kalau panjang. Tak ada lagi yang akan menghapus keringatku setelah selesai bermain futsal. Tak ada lagi yang akan memarahiku kalau aku bolos sekolah. Tak ada lagi senyuman manis yang menjadi penghibur ketika aku lelah. Tak ada lagi cubitan manjamu yang membuatku tertawa. Semuanya… Semuanya hilang bersama kepergianmu, sayang. Nama yang tak akan pernah bisa hilang dari hidupku. Namamu telah terpahat dihatiku dan detak jantungku menyanyikankan namamu yang indah dengan lirik rindu.

#####

Jari-jari putih milikmu berusaha memasukkan cincin ke jari manisku. Mataku terpikat pada jari-jari milikmu. Jari yang halus. Lentik. Indah. Bersih. Tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku saat itu. Perasaan seorang laki-laki yang lagi jatuh cinta. Aku tidak pernah menyangka kalau kamu akan menerima cintaku. “KELAPA”. Mungkin itu istilah yang tepat bagi kita yang baru jadian 2 minggu ini. KELAPA singkatan dari kenalan langsung jadian, itu katamu.

Tapi kita bisa membuktikan kepada mereka yang ragu atas hubungan kita. Aku setia hingga kamu pergi meninggalkan aku sendiri. Bahkan sampai detik ini aku masih sendiri bersama bayang-bayangmu. Aku tak pernah merasa bahagia sebelumnya. Sebelum mengenal dan mencintaimu. Kamu yang mengajariku arti cinta karena kamu adalah cinta pertamaku.


######



Aku masih ingat ketika kita berkenalan lewat facebook. Tanpa sengaja ketika aku membuka profile temanku, aku melihat account milikmu yang mengomentari foto konyol Julio yang lagi tidur. Tanpa berpikir dua kali, aku langsung mengadd account facebookmu. Dua menit kemudian kamu yang juga sedang online langsung mengapprove permintaan pertemanan dariku. Betapa senangnya aku. Serasa mendapatkan emas batangan. Seperti anak kecil yang mendapatkan permen kesukaannya, begituah tingkahku saat itu. Kamu pasti tidak tahu itu. Kita kemudian langsung ngobrol via chat. Dari hanya perkenalan biasa berlanjut ke perbincangan yang seru dan sampai akhirnya bertukaran nomor handphone. Itulah awal serangan pendekatanku padamu.

Kita saling cocok akhirnya kita pun bertemu langsung di ibadah Paskah yang diadakan di sebuah gereja kecil yang sangat sederhana.

“Aku sudah nyampe nih. Aku duduk dibagian paling belakang,” isi smsku waktu itu.

“Aku duduk dibagian depan,” balasmu kemudian.

“Ya udah, ntar selesai ibadah aku tunggu di parkiran motor ya.”

“Tapi aku malu.”

“Malu kenapa?”

“Pokoknya malu aja!”

“Yahhhh…. Ngapain malu? Pejabat aja ngga punya malu buat korupsi apa lagi bolos rapat.”

“Wkwkwkwk….Tapi tunggu agak sepi ya.”

“Ok!”

Selesai mengikuti ibadah akhirnya kita bertemu di parkiran motor.

“Kamu lebih cantik dari foto kamu yang ada di FB.”

Kamu yang mendengarkan pujianku hanya tersenyum dan tersipu-sipu malu. Pipimu memerah. Gugup. Bingung. Itu yang kamu rasakan. Sama seperti aku. Aku yang baru merasakan namanya jatuh cinta.

“Tadi kamu datang sama siapa?”

“Sama teman. Tapi mereka sudah pulang duluan.”

“Oooo… Mhmmm… Kalo gitu aku anterin kamu ya?”

Kamu hanya menganggukkan kepalamu tanda setuju.

Itulah pertama kali kita bersama tanpa ada jarak meski satu centimeter sekali pun. Ah, aku sendiri tidak tahu, apakah waktu itu kamu merasakan detak jantungku. Jantung yang tidak mau kompromi dengan situasi yang ada. Tapi aku senang bisa mengantarmu pulang. Kamu sadari atau tidak aku suka melihat rambutmu yang tertiup angin lewat kaca spion motorku. Aku yakin, setiap mata yang melihat kedekatan kita akan iri.

######

“Kuku kamu bagus dan bersih.” pujiku.

“Ah, biasa aja.” desahmu malu.

“Kuku kamu panjang tuh. Aku punya gunting kuku,” katamu sambil membongkar isi tas sekolahmu. “Nih guntingnya.” Kamu menyerahkan gunting kuku milikmu kepadaku.

“Ngga mau.”

“Loh, kenapa? Kuku kamu kan panjang dan harus dipotong?” tanyamu heran dengan sikapku barusan.

“Maksud aku, kamu yang guntingin.”

Kamu menatap wajahku. Kamu pasti terkejut dengan permintaanku waktu itu. Sebuah permintaan spontan dariku. Untuk beberapa detik mulutmu terkunci rapat. Sepertinya kamu tidak sanggup mengatakan apa pun. Apa lagi menolak permintaan “aneh”ku.

Tanpa menunggu persetujuan darimu, aku langsung menyodorkan tanganku kepadamu.

“Mau ngga?” tanyaku dengan nada takut karena tak ingin disebut cowok yang ngga tau sopan santun.

Namun secara perlahan-lahan kamu meraih tanganku lalu memegangnya. Waktu seolah berjalan dengan lambat. Hatimu berdebar resah. Demikian juga dengan aku. Dengan perlahan dan penuh hati-hati, kamu mulai menggunting kuku milikku. Aku memejamkan kedua bola mataku dan berharap adengan ini jangan cepat berlalu.

“Ah, lembutnya tanganmu,” ucapku dalam hati.

Tak ada suara sampai kamu menyelesaikan tugasmu.

“Aku sudah selesai.”

Aku tidak melihat hasil guntinganmu tapi aku memandangmu. Lalu kamu membalas senyumanku. Lama tatapan kita saling bertaut demikian juga hati kita. Aku menggenggam hangat tanganmu dan meremasnya dengan hangat. Tak ada suara dari mulut kita namun hati kita saling berbicara. Bahasa yang hanya bisa kita berdua mengerti. Bahkan malaikat yang melihat kita pun tak mengerti.

Dengan pelan namun pasti, kamu bersenandung. Menyanyikan lagu yang tak akan pernah hilang dari ingatanku.

Inilah aku apa adanya
Yang ingin membuatmu bahagia
Maafkan bila ku tak sempurna
Sesempurna cintaku padamu

Ini cintaku apa adanya
Yang ingin selalu di sampingmu
Ku tahu semua tiada yg sempurna
Di bawah kolong langit ini

Jalan kita masih panjang
Ku ingin kau selalu disini

Biar cinta kita tumbuh harum mewangi
Dan dunia menjadi saksinya
Untuk apa kita membuang-buang waktu
Dengan kata kata perpisahan

Demi cinta kita aku akan menjaga
Cinta kita yg telah kita bina
Walau hari terus berganti hari lagi
Cinta kita abadi selamanya

Jalan kita masih panjang
Ku ingin kau selalu disini

Biar cinta kita tumbuh harum mewangi
Dan dunia menjadi saksinya
Untuk apa kita membuang-buang waktu
Dengan kata kata perpisahan

Demi cinta kita aku akan menjaga
Cinta kita yg telah kita bina
Walau hari terus berganti hari lagi
Cinta kita abadi selamanya

( Teuku Wisnu feat Shireen Sungkar – Cinta kita )

######

“Kamu kenapa ngga mau ikut?” tanyamu kepadaku.

“Bukannya aku ngga mau tapi…”

“Tapi apa?”

“Aku ada acara keluarga yang ngga bisa aku tinggalin.”

Kita lalu diam. Larut dalam pikiran kita masing-masing.

“Ya udah kalo gitu, aku pergi ama teman-temanku aja.”

“Aku sebenarnya pengen ikut tapi aku benar-benar ngga bisa. Sorry ya!”

“Yah, mau diapain lagi.”

“Aku takut kehilangmu.”

“Kamu lucu deh, aku cuma pergi untuk beberapa jam aja kok,” katamu lalu mencubit lenganku.

“Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kamu melebihi mereka semua.”

“Masa sih?” tanyamu tidak percaya.

“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.”

“Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya. Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja,” balasmu sambil tersenyum manis.

“Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untukcinta, namun ia pasti akan dihina.”

“Udah, ah!”

“Oklah kalo begitu. Hati-hati ya.”

“Iya.”

“I love you”

“I love you too. Jangan lupa, Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. ”

“Pasti. Take care ya.”

Itulah pembicaraan singkat kita ketika aku mampir ke rumahmu. Pembicaraan terakhir kita sebelum untuk selama-lamanya kamu pergi karena kecelakaan lalu lintas naas itu.

######

Aku berdiri di sini hanya dengan kebisuan. Yang ada hanya butiran bening mengalir dan membasahi kedua pipiku. Aku bertanya, kenapa semuanya ini terjadi? Kenapa harus kamu?

Rindu yang kembali ini membawaku ke pemakamanmu. Hari ini kita genap setahun jadian. Aku sudah siapin dinner buat kita tapi malam ini aku hanya akan sendiri. Sendiri bersama sejuta kenangan yang ada.

Aku rasanya ingin gila! Dunia tanpamu rasanya sepi. Aku masih ingat sebelum kejadian itu, di siang harinya kita sempat nonton di Mal Pluit Junction. Kenapa kemesraan ini cepat berlalu? Betapa hancurnya hati ini….

Ditinggalkan itu berbeda dengan diputuskan. Kamu pergi tanpa ada alasan. Tanpa ada firasat. Tanpa ada mimpi buruk. Namun aku menyadari satu hal, jangan pernah menggengam sesuatu dengan sangat erat. Karena rasanya akan jauh lebih sakit ketika Tuhan menggambilnya kembali.

Terima kasih sayang, untuk segalanya. Untuk dirimu yang hadir dihidupku. Terima kasih telah menjadi cinta pertamaku. Mengenal dan mencintaimu adalah anugerah. Kehilanganmu adalah pelajaran berharga bagiku. Selamat tinggal….

No comments:

Post a Comment